membangun generasi ber budi

Membangun Generasi Berakhlakul Karimah

“Tidak datang suatu zaman melainkan orang-orang yang sesudahnya lebih jelek dari sebelumnya hingga kalian menemui Rabb kalian. Dan aku dengar hal ini dari Nabi kalian.” (Riwayat Ahmad, Al-Bukhari, dan At-Tirmidzi).

MANUSIA selalu berharap masa depan sebagai masa yang lebih baik, teknologi yang lebih maju, kehidupan yang lebih nyaman dan lebih memudahkan. Demikianlah yang terjadi hingga saat ini. Tahun demi tahun, manusia mengembangkan teknologi sehingga hidup manusia lebih nyaman dan mudah.
Setelah ribuan tahun menunggang kuda, saat ini manusia mengendarai kendaraan yang lebih cepat. Telepon genggam yang dulu cuma ada di novel atau film fiksi ilmiah kini sudah mewabah sampai kalangan masyarakat bawah. Informasi yang dulu harus tersimpan dalam tulisan di atas kertas kini mudah tersebar lewat jaringan informasi.
Secara lahir, manusia menemukan kenyamanan, kemudahan, dan kebaikan dari zaman yang terus maju. Namun hakikatnya tidak demikian. Satu hari dilalui, satu hari pula jatah kelangsungan dunia ini berkurang. Satu hari dilalui, semakin dekatlah akhir dunia. Satu zaman berlalu, zaman berikutnya adalah lebih buruk dari yang lalu.
Cobalah perhatikan kondisi pada akhir-akhir ini, jelas terlihat adanya gejala demoralisasi di masyarakat. Kejahatan dan kekerasan hampir menjadi konsumsi kita setiap hari di surat kabar dan televisi. Perzinahan, aborsi dan kasus kecanduan narkoba menduduki peringkat tertinggi yang terjadi pada generasi muda. Selain itu arus informasi yang masuk hampir tanpa batas, seperti mode/gaya hidup orang barat, telah diadopsi tanpa filter (saringan) dan dijadikan sebagai suatu kebiasaan dan kebanggaan.
Fenomena ini hendaknya dijadikan sebagai bahan renungan bagi kita. Apakah selama ini kita menjaga diri, keluarga dan masyarakat di sekitar kita agar tidak terkena dampak demoralisasi. Ataukah selama ini kita lupa dan melalaikannya. Padahal Allah dengan jelas memberikan perintah kepada kita dalam firmanNya, “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. (At-Tahrim: 6).
Kita harus mewaspadai gejala ini, sebab jika tidak, akan menimbulkan preseden buruk bagi generasi yang akan datang. Kita bisa membayangkan seperti apa jadinya generasi yang akan datang jika generasi sekarang seperti ini. Dan inilah yang Allah gambarkan sebagai generasi yang buruk, suatu generasi yang akan membawa pada kehancuran dan kesesatan.
Allah berfirman, “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang buruk) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan”. (Maryam: 56). Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa ada dua karakter utama dari generasi yang buruk yaitu menyia-nyiakan shalat dan ‘wattaba’usy-syahwat, memperturutkan hawa nafsu.
Karakter pertama dari generasi yang buruk adalah menyia-nyiakan shalat. Karakter kedua adalah memperturutkan hawa nafsu. Ke mana hawa nafsunya condong, ke situlah ia berjalan. Generasi seperti ini tidak memperdulikan apakah sesuatu yang ia lakukan halal atau haram, dosa atau berpahala, yang terpenting bagi mereka tercapai semua yang diinginkannya. Dalam hal berpakaianpun yang penting mode atau sedang trend, tidak peduli apakah pakaian tersebut menutupi aurat atau malah mempertontonkan aurat. Generasi seperti ini hanya akan membawa kesesatan hidup di dunia dan di akhirat.

Oleh karena itu, persiapan pembentukan generasi yang akan datang mutlak suatu keharusan yang tidak bisa dibantah lagi. Sehingga perlu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, baik yang berkaitan dengan akidahnya, pendidikannya, muamalahnya, juga yang berkaitan dengan akhlaknya, sehingga pergantian generasi yang berlangsung menghasilkan generasi baru yang lebih baik daripada pendahulunya.