Hikayat Mimpi dan irisan Roti

Tiga orang musafir menjadi sahabat dalam suatu perjalanan yang jauh dan melelahkan; mereka bergembira dan berduka bersama, mengumpulkan kekuatan dan tenaga bersama.

Setelah berhari-hari lamanya mereka menyadari bahwa yang mereka miliki tinggal sepotong roti dan seteguk air di kendi. Mereka pun bertengkar tentang siapa yang berhak memakan dan meminum bekal tersebut. Karena tidak berhasil mencapai persesuaian pendapat, akhirnya mereka memutuskan untuk membagi saja makanan dan minuman itu menjadi tiga. Namun, tetap saja mereka tidak sepakat.

Malampun turun; salah seorang mengusulkan agar tidur saja. Kalau besok mereka bangun, orang yang telah mendapatkan mimpi yang paling menakjubkan akan menentukan apa yang harus dilakukan.

Pagi berikutnya, ketiga musafir itu bangun ketika matahari terbit. “Inilah mimpiku,” kata yang pertama. “Aku berada di tempat-tempat yang tidak bisa digambarkan, begitu indah dan tenang. Aku berjumpa dengan seorang bijaksana yang mengatakan kepadaku, ‘Kau berhak makan makanan itu, sebab kehidupan masa lampau dan masa depanmu berharga, dan pantas mendapat pujian.”

“Aneh sekali,” kata musafir kedua. “Sebab dalam mimpiku, aku jelas-jelas melihat segala masa lampau dan masa depanku. Dalam masa depanku, kulihat seorang lelaki maha tahu, berkata, ‘Kau berhak akan makanan itu lebih dari kawan-kawanmu, sebab kau lebih berpengetahuan dan lebih sabar. Kau harus cukup makan, sebab kau ditakdirkan untuk menjadi penuntun manusia.”

Musafir ketiga berkata, “Dalam mimpiku aku tak melihat apapun, tak berkata apapun. Aku merasakan suatu kekuatan yang memaksaku bangun, mencari roti dan air itu, lalu memakannya di situ juga. Nah, itulah yang kukerjakan semalam.”

Hikayat Prang Sabi

Salam alaikom walaikom teungku meutuah
Katrok neulangkah neulangkah neuwo bak kamoe
Amanah nabi…ya nabi hana meu ubah-meu ubah
Syuruga indah…ya Allah pahala prang sabi

Ureueng syahid la syahid bek ta khun mat
Beuthat beutan…ya Allah nyawoung lam badan
Ban sar keunung la keunung senjata kaf la kaf
Keunan datang…ya Allah pemuda seudang

Djimat kipah la kipah saboh bak jaroe
Jipreh judo woe ya Allah dalam prang sabi
Gugur disinan-disinan neuba u dalam-u dalam
Neupuduk sajan ya Allah ateuh kurusi

Ija puteh la puteh geusampoh darah
Ija mirah…ya Allah geusampoh gaki
Rupa geuh puteh la puteh sang sang buleuen trang di awan
Wat tapandang…ya Allah seunang lam hatee

Darah nyang ha-nyi nyang ha-nyi gadôh di badan
Geuganto le tuhan…ya Allah deungan kasturi
Di kamoe Aceh la Aceh darah peujuang-peujuang
Neubi beu mayang…ya Allah Aceh mulia

Subhanallah wahdahu wabi hamdihi
Khalikul badri wa laili adza wa jalla
Ulon peujoe poe sidroe poe syukur keu rabbi ya aini
Keu kamoe neubri beusuci Aceh mulia

Tajak prang meusoh beureuntoh dum sitre nabi
Yang meu ungkhi ke rabbi keu poe yang esa
Soe nyang hantem prang chit malang ceulaka tubuh rugoe roh
Syuruga tan roeh rugoe roh bala neuraka

Soe-soe nyang tem prang cit meunang meutuwah teubuh
Syuruga that roeh nyang leusoeh neubri keugata
Lindong gata sigala nyang muhajidin mursalin
Jeut-jeut mukim ikeulim Aceh mulia

Nyang meubahagia seujahtera syahid dalam prang
Allah peulang dendayang budiadari
Oeh kasiwa-sirawa syahid dalam prang dan seunang
Dji peurap rijang peutamông syuruga tinggi

Budiyadari meuriti di dong dji pandang
Di cut abang jak meucang dalam prang sabi
Oh ka judo teungku syahid dalam prang dan seunang
Dji peurap rijang peutamong syuruga tinggi

Hikayat Si miskin

Karena kutukan Batara Indra, raja keindraan beserta istrinya jatuh miskin, melarat, dan terlunta-lunta di Kerajaan Antah Berantah yang diperintah oleh Maharaja Indra Dewa. Setiap hari si Miskin mencari sisi-sisa makanan yang sudah dibuang orang di tempat-tempat sampah. Apabila penduduk melihatnya, mereka beramai-ramai menghina, memukul, dan mengusir si Miskin suami-istri itu, sehingga badannya luka-luka. Sedih hati si Miskin sepanjang hari dan tidak berani masuk kampung karena takut dipukul atau dilempari batu. Diambilnya daun-daun muda untuk dimakan dan untuk pengobat luka di tubuhnya. Demikianlah pengalaman dan penderitaan mereka sepanjang hari.

Ketika mengandung 3 bulan, istrinya mengidamkan buah mempelam (sejenis mangga) yang tumbuh di halaman istana raja. Dimintanya agar suaminya (si Miskin) meminta buah mempelam itu kepada raja. Mendekat kampung saja suaminya tidak berani, apalagi hendak menghadap raja minta buah mempelam itu. Dengan sedih dan meratap istrinya memohon supaya suaminya mau meminta mempelam raja itu. Karena kasihan kepada istrinya si Miskin mencoba meminta mempelam itu.

Tiada disangka-sangka, raja sangat bermurah hati dan memberikan mempelam yang diminta si Miskin. Buah lain seperti nangka pun diberi raja. Penduduk kampung yang melihatnya jatuh kasihan dan bermurah hati memberi si Miskin kue dan juadah (kue basah). Mungkin berkat tuah anak.yang dikandung istrinya juga hal yang demikian itu terjadi.
Pada hari baik, setelah cukup bulannya, istri si Miskin melahirkan seorang putra yang sangat elok parasnya. Anak itu diberi nama Marakermah yang artinya anak dalam penderitaan.

Ketika si Miskin menggali tanah untuk memancangkan tiang atap tempat berteduh, tergali olehnya taju (topi mahkota) yang penuh berhias emas. Dengan kehendak Yang Mahakuasa, terjadilah sebuah kerajaan lengkap dengan alat, pegawai, pengawal, dan sebagainya di tempat itu. Si Miskin menjadi rajanya dengan nama Maharaja Indra Angkasa dan istrinya menjadi permaisuri dengan nama Ratna Dewi. Kerajaan itu mereka namakan Puspa Sari.

Kerajaah Puspa Sari terkenal ke mana-mana. Pemerintahannya baik, rakyatnya aman, damai, makmur, dan sentosa. Tiada lama kemudian lahirlah pula adik Marakermah yang diberi nama Nila Kesuma. Bertambah mashurlah kerajaan Puspa Sari dan bertambah pula iri hati Maharaja Entah Berantah.

Kemudian tersiar kabar, bahwa Maharaja Indra Angkasa mencari ahli nujum untuk mengetahui peruntungan kedua anaknya kelak. Kesempatan ini dipergunakan Maharaja Indra Dewa. Semua ahli nujum dikumpulkannya dan dihasutnya supaya mengatakan kepada Indra Angkasa bahwa Marakermah dan Nila Kesuma akan mendatangkan mala petaka dan akan menghancurkan kerajaan Puspa Sari. Semua ahli nujum mengatakan seperti yang dihasutkan oleh Maharaja Indra Dewa.

Mendengar kata-kata ahli nujum itu sangatlah murka Maharaja Indra Angkasa. Marakermah dan adiknya hendak dibunuhnya. Permaisuri Ratna Dewi menangis tersedu-sedu, memelas dan memohon kepada suaminya supaya kedua putranya jangan dibunuh. Ia tak tahan hati melihat kedua anaknya diperlakukan demikian. Dimohonnya kepada suaminya supaya dibiarkan saja kemana perginya mereka. Sambil disepak dan diterjang, pergilah kedua anak itu mengembara tanpa tujuan. Sesaat setelah mereka pergi, kerajaan Puspa Sari terbakar habis, semuanya musnah.

Sampai di kaki bukit, berteduhlah Marakermah dengan adiknya, Nila Kesuma, di bawah sebatang pohon dalam keadaan lapar. Tertangkaplah oleh Marakermah seekor burung yang sedang hinggap di dekatnya. Karena lapar, mereka hendak memakan burung itu, dan berusaha hendak memasaknya lebih dahulu. Datanglah mereka ke pondok seorang petani hendak minta api untuk membakar burung itu. Tiba-tiba mereka ditangkap petani karena dituduh hendak mencuri. Keduanya dilemparkan ke laut dan diterjang ombak ke sana kemari. Nila Kesuma akhirnya terdampar di pantai dan ditemukan oleh Raja Mengindra Sari, putra mahkota kerajaan Palinggam Cahaya. Nila Kesuma dibawa ke istana, kemudian dipersunting raja Mangindra Sari, menjadi permaisurinya dengan gelar Putri Mayang Mengurai.

Marakermah dibawa arus dan terdampar di pangkalan (tempat mandi di pantai) nenek gergasi (raksasa tua). Kemudian ia diambil dan dimasukkan dalam kurungan di rumahnya. Kebetulan di situ telah dikurung pula Putri Raja Cina bernama Cahaya Khairani yang tertangkap lebih dahulu. Mereka ini akan dijadikan santapan sang gergasi.
Sebuah kapal besar menghampiri perahu mereka dan mereka ditangkap lalu dimasukkan ke kapal. Nahkoda kapal jatuh cinta kepada Cahaya Khairani.

Cahaya Khairani dipaksa masuk ke kamar nakhoda dan Marakermah dilemparkan ke laut. Kapal meneruskan pelayarannya.
Dalam keadaan terapung-apung, setelah kapal berlayar jauh Marakermah ditelan seekor ikan nun (ikan yang sangat besar). Ikan itu terdampar di pangkan Nenek Kebayan.

Seekorburung rajawali terbang di atas pondok Nenek Kebayan dan memberitahukan supaya perut ikan nun yang terdampar di pantai itu ditoreh (dibuka) hati-hati, karena di dalamnya ada seorang anak raja. Petunjuk burung itu diikuti Nenek Kebayan dan setelah perut ikan nun ditoreh, keluarlah Marakermah dari dalamnya. Mereka sama-sama senang dan gembira. Lebih-lebih Nenek Kebayan yang mendapatkan seorang putra yang baik budi.

Marakermah tinggal di rumah Nenek Kebayan dan sehari-hari turut membantu membuat karangan bunga untuk dijual dan dikirim ke negeri lain. Dan cerita Nenek Kebayan tahulah Marakermah, bahwa permaisuri kerajaan tempat tinggal mereka bernama Mayang Mengurai yang tidak lain daripada seorang putri yang dibuang ke laut oleh seorang petani ketika hendak mencari api untuk membakar seekor burung bersama kakaknya. Yakinlah Marakermah bahwa putri itu sesungguhnya adiknya sendiri.

Kebetulan Cahaya Khairani maupun Mayang Mengurai sangat menyukai karangan bunga Nenek Kebayan yang sebenarnya Marakermahlah yang merangkainya. Pada suatu ketika dicantumkannya namanya dalam karangan bunga itu. Dari nama itu Cahaya Khairani dan Nila Kesuma mengetahui bahwa Marakermah masih hidup. Bertambah dalam cinta Cahaya Khairani kepada kekasihnya. Demikian juga Nila Kesuma bersama suaminya, berkemauan keras untuk segera mencari kakaknya, Marakermah, ke rumah Nenek Kebayan itu.

Betapa gembira mereka atas pertemuan itu tak dapat dibayangkan. Dengan mudah pula Marakermah bersama iparnya, Raja Palinggam Cahaya, dapat menemukan tempat Cahaya Khairani disembunyikan oleh nakhoda kapal. Setelah Cahaya Khairani ditemukan, dan ternyata ia belum ternoda oleh sang nakhoda, maka dilangsungkanlah acara pernikahan antara Marakermah dengan Cahaya Khairani, dan nakhoda yang menggoda Cahaya Khairani dibunuh di Kerajaan Palinggam Cahaya.

Marakermah bersama Cahaya Khairani kemudian pergi ke tempat ayah-bundanya yang telah jatuh miskin di Puspa Sari. Dengan kesaktiannya, Puspa Sari yang telah lenyap itu diciptakannya kembali menjadi kerajaan yang lengkap dengan isinya di daratan Tinjau Maya, yaitu Mercu Indra. Kemudian ia dinobatkan di sana menggantikan mertuanya.

Hikayat Tanjung Lesung

SYAHDAN, pada zaman dahulu kala ada seorang pengembara dari Laut Selatan bernama Raden Budog. Suatu hari, setelah lelah bermain di tepi pantai, Raden Budog beristirahat di bawah pohon ketapang laut. Angin semilir sejuk membuat Raden Budog terlena. Perlahan matanya terpejam. Dalam tidumya Raden Budog bermimpi mengembara ke utara dan bertemu dengan seorang gadis yang sangat cantik. Hati Raden Budog terpesona oleh kecantikannya. Tanpa disadarinya, kakinya melangkah mendekati gadis itu yang tersenyum manis kepadanya. Dilihatnya tangan gadis itu diulurkan kepadanya. Raden Budog pun mengulurkan tangannya hendak menyambut uluran tangan gadis itu. Tapi betapa terkejutnya dia… seranting kering pohon ketapang mengenal dahinya. Raden Budog terperanjat dan terbangun dari tidurnya. Dengan perasaan kesal diraihnya ranting itu dan dibantingnya keras-keras. “Ranting keparat!” gerutunya. “Kalau ranting itu tidak jatuh maka aku bisa menikmati mimpi indahku.”

Cerita Hikayat Tanjung Lesung
Berhari-hari bayangan mimpi itu tidak pernah bisa hilang dari ingatan Raden Budog. Lalu diputuskannya bahwa dia akan pergi mengembara. Raden Budog pun segera menyiapkan perbekalan untuk pengembaraannya. “Cek…cek…cek…, kita akan mengembara, sayang,” kata Raden Budog mengelus-elus anjing kesayangannya yang melonjak-lonjak dan menggonggong gembira seolah mengerti ajakan tuannya.

Raden Budog lalu menghampiri kuda kesayangannya. “Kita akan mengembara jauh, sayang. Bersiap-siaplah.” Raden Budog membelai-belai kudanya yang meringkik gembira. Kemudian Raden Budog menyiapkan golok dan batu asah yang selalu dibawanya ke mana saja dia mengembara.

Setelah semuanya dirasa siap, Raden Budog segera menunggang kuda kesayangannya, berjalan ke arah utara. Di pinggangnya terselip golok panjang yang membuatnya tampak gagah dan perkasa. Sedangkan tas anyaman dari kulit terep berisi persediaan makanan, terselempang di bahunya. Sementara itu anjing kesayangannya berjalan di depan, mengendus-endus mencari jalan bagi tuannya. Anjing itu kadang menggonggong menghalau bahaya yang mengancam tuannya.

Lima hari perjalanan telah ditempuhnya. Walaupun begitu Raden Budog belum juga mau turun dari kudanya. Dia juga tidak menyadari badannya sudah lemah karena perutnya kosong, begitu pula kudanya. Pikirannya cuma terbayang-bayang pada mimpinya di tepi pantai itu. “Kapan dan di mana aku bisa bertemu gadis itu?” gumamnya dalam hati.

Raden Budog terus memacu kudanya menapaki jalan-jalan terjal dan mendaki hingga tiba di Gunung Walang yang sekarang ini menjadi kampung Cimahpar. Tiba-tiba kudanya roboh. Raden Budog terperanjat, mencoba menguasai keseimbangannya. Namun Budog terperanjat, mencoba menguasai keseimbangannya. Namun karena sudah sama-sama lemah, Raden Budog dari kudanIva berguling-guling di lereng gunung. Anjing kesayangannya menggonggong cemas meningkahi ringkik kuda. Raden Budog segera bangun, sekujur badannya terasa lemah dan nyeri.

Sejenak Raden Budog istirahat di Gunung Walang. Dia membuka bekalnya dari makan dengan lahap. Sementara itu kudanya mencari rumput segar sedangkan anjingnya berlarian kian kemari memburu mangsanya, seekor burung gemak yang berjalan di semak-semak.

“Ayo kita berangkat lagi!” Raden Budog berteriak memanggil kuda dan anjingnya. Namun dilihatnya pelana kuda itu ternyata telah robek. Dengan terpaksa Raden Budog menanggalkan pelana itu dan memutuskan untuk meneruskan perjalanannya dengan berjalan kaki karena dia tidak biasa menunggang kuda tanpa pelana. Mereka terus rnelangkah hingga tibalah di suatu tempat yang tinggi. Tali Alas namanya yang sekarang disebut Pilar. Dari tempat inilah Raden Budog dapat melihat laut yang biru membentang dengan pantainya yang indah.

Raden Budog kemudian melanjutkan perjalanan ke pantai Cawar. Begitu sampai di pantai yang indah itu Raden Budog segera berlari dan terjun ke laut, berenang-renang gembira. Perjalanan yang begitu melelahkan Iitu seolah lenyap oleh segarnya air pantai Cawar. Di muara sungai Raden Budog membilas tubuhnya. lalu dicarinva kuda dan anjing kesayangannya untuk meneruskan pengembaraan.

“Ayo kita berangkat lagi!” seru Raden Budog ketika dilihatnya kuda dan anjing kesayangannya itu sedang duduk di tepi pantai.

Tidak seperti biasanya, kuda dan anjing kesayangannya itu diam saja seolah tak perduli ajakan tuannya. Raden Budog merasa heran. “Cepat berdiri! Ayo kita berangkat”‘ Seru Raden Budog lagi.

Tapi kedua binatang itu tetap duduk saja, tak bergerak sedikit pun. Anjing dan kuda itu tampak sangat kelelahan setelah menempuh perjalanan panjang, sehingga sekadar untuk berdiri pun tak sanggup lagi.

“Aku harus segera menemukan gadis pujaanku. Kalau kalian tidak mau menuruti perintahku dan tetap diam seperti karang, akan kutinggalkan kalian di sini!” teriak Raden Budog sambil meneruskan perjalanan, meninggalkan anjing dan kuda kesayangannya. Namun kedua binatang itu tetap tidak bergeming dan menjelma menjadi karang. Sampai sekarang di pantai Cawar terdapat karang yang menyerupai kuda dan anjing sehingga disebut Karang Kuda dan Karang Anjing.

Maka Raden Budog melanjutkan pengembaraannya seorang diri. Dalam benaknya telah ada kesayangan lain yang ingin segera ditemukannya. Gadis pujaan yang muncul dalam mimpinya itu benar-benar memenuhi benaknya, sehingga goloknya pun tertinggal di Batu Cawar. Kini Raden Budog hanya membawa tas dari kulit terep beserta batu asah di dalamnya. Sesampainya di Legon Waru, Raden Budog kembali merasakan kelelahan. Sendi-sendi tubuhnya terasa lunglai. Tapi Raden Budog tidak ingin beristirahat barang sebentar. Dia terus mencoba melangkah dengan sisa tenaganya.

“Benda ini rasanya sudah tak berguna, hanya memberati pundakku saja. Lebih baik kutinggalkan saja di sini,” gumam Raden Budog. Diambilnya batu asah itu dari dalam tasnya dan diletakkannya di tepi jalan. “Biarlah batu ini menjadi kenangan,” gumamnya lagi. Demikiamah, sampai saat ini di Legon Waru terdapat sebuah karang yang dikenal dengan Karang Pengasahan.

Berhari-hari Raden Budog terus mengembara menyusuri pesisir pantai. Wajah gadis yang menghiasi mimpinya memenuhi pikirannya sepanjang perjalanan, menyalakan semangat dalam dadanya. Rasa bosan, lelah dan letih tak dihiraukannya. Juga pakaiannya yang mulai lusuh dan badannya yang berdebu. Suatu ketika hujan turun dengan derasnya, Raden Budog berlindung di bawah pohon. Dari balik pasir, tiba-tiba berhamburan penyu-penyu besar dan kecil menuju laut. Penyu-penyu itu seakan gembira menyambut datangnya air hujan. Tempat itu kini dikenal dengan nama Cipenyu. Sesaat kemudian Raden Budog melanjutkan perjalanannya setelah mengambil daun pohon langkap yang dijadikannya sebagai payung agar tidak kehujanan.

Namun hujan terus melebat, tidak ada pertanda akan reda. Mendung tampak semakin menghitam dan bergerak dari selatan menuju utara. “Mudah-mudahan ada gua di sekitar sini. Aku harus berlindung dan beristirahat sejenak,” gumam Raden Budog. Dan betapa gembiranya Raden Budog ketika dilihatnya sebuah bukit karang yang menjorok. Raden Budog pun mempercepat langkah dan masuk ke dalam gua. Ditutupnya pintu gua dengan daun langkap sehingga gua itu pun menjadi gelap gulita.

Beberapa saat Raden Budog beristirahat melepas lelah sambil menunggu hujan reda. Tapi Raden Budog merasa tidak nyaman berada dalam gua yang gelap gulita itu. Dibukanya daun langkap yang menutupi pintu gua. Seberkas sinar menerobos masuk. Ternyata hujan telah reda. Raden Budog pun keluar dan ditutupnya kembali mulut gua itu dengan daun langkap. Sampai saat ini pintu gua itu tetap tertutup daun langkap yang membatu dari dikenal dengan nama Karang Meumpeuk.

Tidak jauh dari Karang Meumpeuk, tibalah Raden Budog pada sebuah muara sungai yang airnya sangat deras. Hujan yang baru saja turun memang sangat lebat, sehingga tidak mengherankan jika sungai-sungai menjadi banjir. Raden Budog terpaksa menghentikan perjalanannya dan duduk di atas batu memandangi air sungai yang meluap. Sayup-sayup terdengar bunyi lesung dariseberang sungai. Hati Raden Budog berdebar dipenuhi rasa sukacita. Dia merasa yakin, di seberang sungai terdapat kampung tempat tinggal gadis pujaannya yang selama ini dia cari. “Dasar kali banjir!” gerutu Raden Budog tak sabar menunggu banjir surut. Tempat ini sampai sekarang terkenal dengan Kali Caah yang berarti kali banjir.

Karena sudah tidak dapat menahan sabar, akhirnya Raden Budog menyeberangi sungai itu walaupun dengan susah payah dan dengan mengerahkan seluruh tenaganya. Di pitltu masuk kampung, Raden Budog beristirahat, rnengitarkan pandang ke arah kampung. Hatinya mulai merasa tenang karena merasa akan segera bertemu dengan gadis yang dimimpikannya.

Di kampung itu tinggallah seorang janda bernama Nyi Siti yang memiliki seorang anak gadis yang sangat cantik. Sri Poh Haci namanya. Setiap hari Dri Poh Haci membantu ibunya mnumbuk padi menggunakan lesung yang dipukul-pukulnya itu menimbulkan suara yang sangat merdu dan indah. Oleh sebab itu, setiap kali selesai menumbuk padi, Sri Poh Haci tidak segera berhenti, tapi terus memukul-mukul lesung itu hingga terangkatlah nada yang merdu dan enak didengar. Dimulai dari sinilah akhirny banyak gadis kampung yang berdatangan ke rumah Nyi Siti untuk ikut memukul lesung bersama Nyi Poh Haci.

Kebiasaan memukul lesung akhirnya menjadi tradisi kampung itu. Sri Poh Haci merasa gembira dapat menghimpun gadis-gadis kampung bermain lesung. Permainan ini oleh Sri Poh Haci diberi nama Ngagondang, yang kemudian dijadikan acara rutin setiap akan menanam padi. Tapi pada setiap hari Jum’at dilarang membunyikan lesung, karena hari Jum’at adalah hari yang keramat bagi kampung itu.

Raden Budog yang sedang beristirahat di pintu masuk kampung kembali mendengar bunyi lesung yang mengalun merdu. Kemudian dia berdiri dan melangkahkan kaki menuju ke arah sumber bunyi-buny’in itu. Bunyi lesung terdengar semakin keras. Di dekat sebuah rumah, dilihatnya gadis-gadis kampung sedang bermain lesung. Tangan mereka begitu lincah dan trampil mengayunkan alu ke lesung, membentuk nada-nada mempesona. Tapi yang lebih mempesonakan Raden Budog adalah seorang gadis semampai yang cantik jelita. Gadis itu mengayunkan tangannya sekaligus memberi aba-aba pada gadis-gadis lain. Rupanya gadis itu adalah pemimpin dari kelompok gadis-gadis yang sedang bermain lesung itu.

Merasa ada yang memperhatikan, gadis itu, Sri Poh Haci, memberikan syarat kepada gadis-gadis lainnya untuk menghentikan permainan. Gadis-gadis itu pun bergegas pulang ke rumah masing-masing. Begitu pula Sri Poh Haci. Di dalam rumah, ibunya bertanya kepada Sri Poh Haci, mengapa permainannya hanya sebentar. Sri Poh Haci lalu menceritakan bahwa di luar ada seorang lelaki tampan yang belum pernah dilihatnya. “Laki-laki itu memperhatikanku terus. Aku jadi malu, Bu,” kata Sri Poh Haci.

Sesaat kemudian, terdengar suara ketukan pintu.
“Sampurasun.”
“Rampes,” jawab Nyi Siti seraya berjalan menuju pintu dan membukanya perlahan. Dilihatnya seorang pemuda yang gagah lagi tampan berdiri di depan pintu.

Belum sempat Nyi Siti berbicara, pemuda itu sudah mendahului membuka suara. “Maaf mengganggu. Bolehkah saya menginap di rumah ini?”

Nyi Siti tentu saja kaget mendengar permintaan dari orang yang tak dikenalnya. “Kisanak ini siapa? Dari mana asalnya? Mengapa pula hendak menginap di sini? Saya belum kenal dengan Kisanak,” kata Nyi Siti.

“Oh, ya. Maaf, saya belum memperkenalkan diri. Nama saya Raden Budog. Saya seorang pengembara. Saya tak punya tempat tinggal. Kebetulan saya sampai di kampung ini, dan kalau diperbolehkan saya ingin menginap di sini,” jelas Raden Budog.

“Maaf, Kisanak. Saya seorang janda dan tinggal dengan anak perempuan saya satu-satunya. Saya tidak berani menerima tamu laki-laki, apalagi sampai menginap,” jawab Nyi Siti dengan tegas dan segera menutup pintu.

Hari sudah mulai gelap. Raden Budog yang merasa kesal oleh kejadian yang baru saja dialaminya berjalan menuju bale-bale bambu di dekat rumah Nyi Siti. Dia merebahkan tubuhnya dan segera tertidur pulas. Dia pun bermimpi diijinkan menginap di rumah itu. Bukan oleh Nyi Siti yang menyebalkan itu, tapi oleh seorang gadis cantik yang dia temui dalam mimpinya di pantai selatan, gadis yang tadi dilihatnya sedang bermain gondang. Ah, betapa senangnya hati Raden Budog.

Namun waktu begitu cepat berlalu. Matahari mulai muncul di ufuk timur. Raden Budog terbangun, mengusap-usap matanya yang masih mengantuk. Hidungnya mencium wangi kopi yang menyegarkan. Kemudian dilihatnya seorang gadis cantik menyuguhkan segelas kopi di sampingnya.

“Minum dulu kopinya, Raden,” kata gadis itu.
“Kamu siapa? Dari mana kamu tahu namaku?” tanya Raden Budog, walau sesungguhnya dia tahu bahwa gadis itu pastilah anak Nyi Siti.

“Namaku Sri Poh Haci, anak Nyi Siti.”
Hari berganti hari. Kedua insan itu pun jatuh cinta. Nyi Siti sebenarnya tidak setuju bila anaknya dipinang oleh orang yang tidak diketahui asal-usulnya, apalagi orang itu kelihatan keras kepala. Tapi Nyi Siti juga tidak ingin mengecewakan hati Sri Poh Haci, anaknya yang semata wayang itu. Akhirnya Raden Budog menikah dengan Sri Poh Haci. Kesenangan Sri Poh Haci menabuh lesung tetap dilanjutkan bersama gadis-gadis kampung. Bahkan Raden Budog sendiri menjadi sangat mencintai bunyi lesung dan turut memainkannya. Hingga suatu ketika, terjadilah peristiwa yang tidak diinginkan sama sekali oleh penduduk kampung itu. Karena sangat senangnya terhadap bunyi lesung, Raden Budog yang keras kepala itu setiap hari tidak mau berhenti menabuh lesung.

Hari itu hari Jum’at. Raden Budog kembali hendak menabuh lesung. Para tetua kampung memperingatkan dan melarang Raden Budog. Tapi Raden Budog tidak perduli dan tetap menabuh lesung. Dengan hati girang dan bersemangat, Raden Budog terus menabuh lesung seraya melompat-lompat kian kemari.

“Lihat, lihat! Ada lutung memukul lesung! Ada lutung memukul lesung!” Penduduk kampung berteriak-teriak melihat seekor lutung sedang memukul-mukul lesung.

Raden Budog terperanjat mendengar teriakan-teriakan Itu. Dia melihat ke sekujur tubuhnya. Betapa kagetnya dia setelah melihat tangarnnya penuh bulu. Begitu pula kakinya. Dirabanya mukanya yang juga telah ditumbuhi bulu. Raden Budog pun lari terbirit-birit masuk ke dalam hutan di pinggir kampung itu. Raden Budog menjadi lutung. Penduduk kampung itu menamainya Lutung Kesarung.

Sri Poh Haci sangat malu dengan kejadian itu. Diam-diam dia pergi meninggalkan kampung. Konon Sri Poh Haci menjelma menjadi Dewi Padi. Demikianlah ceritanya, kampung itu pun terkenal dengan sebutan Kampung Lesung dan karena letaknya di sebuah tanjung, orang-orang kemudian menyebutnya Tanjung Lesung.

Agar Suami Istri tetap Harmonis

Berikut ini 10 kiat praktis sebagai ikhtiar merekatkan cinta kasih antara suami istri, sehingga keharmonisan dalam berumah tangga bisa tercipta.

1.Saling memberi hadiah
Memberi hadiah merupakan salah satu bentuk perhatian seorang suami kepada istrinya, atau istri kepada suaminya. Terlebih bagi istri, hadiah dari suami mempunyai nilai yang sangat mengesankan. Hadiah tidak harus mahal, tetapi sebagai simbol perhatian suami kepada istri.

2.Mengkhususkan waktu untuk duduk bersama
Jangan sampai antara suami istri sibuk dengan urusannya masing-masing, dan tidak ada waktu untuk duduk bersama. Dianjurkan atas suami mengkhususkan waktu-waktu tertentu, meluangkan waktu untuk isterinya, agar sang isteri merasa tentram, memperlakukan isterinya dengan baik.

3.Menampakkan wajah yang ceria
Di antara cara untuk mempererat cinta kasih, hendaklah menampakkan wajah yang ceria. Ungkapan dengan bahasa wajah mempunyai pengaruh yang besar dalam kegembiraan dan kesedihan seseorang.

4.Memberikan penghormatan dengan hangat kepada pasangannya
Memberikan penghormatan dengan hangat kepada pasangannya, baik ketika hendak pergi keluar rumah, ataupun ketika pulang.

5.Hendaklah memuji pasangannya
Di antara kebutuhan manusia adalah keinginan untuk dipuji, dalam batas-batas yang wajar. Seorang isteri senang pujian dari suaminya, khususnya di hadapan orang lain, seperti keluarga suami atau isteri. Dia tidak suka jika suami menyebutkan aibnya, khususnya di hadapan orang lain. Jika masakan isteri kurang sedap jangan dicela.

6.Bersama-sama melakukan tugas yang ringan
Di antara kesalahan sebagian suami ialah, mereka menolak untuk melakukan sebagian tugas di rumah. Mereka mempunyai anggapan, jika melakukan tugas di rumah, berarti mengurangi kedudukannya, menurunkan atau menjatuhkan kewibawaannya di hadapan sang isteri. Pendapat ini tidak benar.

7.Ucapan yang baik
Kalimat yang baik adalah kalimat-kalimat yang menyenangkan. Hendaklah menghindari kalimat-kalimat yang tidak menyenangkan, bahkan menyakitkan.

8.Perlu berekreasi berdua tanpa membawa anak
Rutinitas pekerjaan suami di luar rumah dan pekerjaan isteri di rumah membuat suasana menjadi jenuh. Sekali-kali diperlukan suasana lain dengan cara pergi berdua tanpa membawa anak. Hal ini sangat penting, karena bisa memperbaharui cinta suami istri.

9.Hendaklah memiliki rasa empati pada pasangannya
Ini berlaku secara umum kepada semua kaum Muslimin. Rasa empati harus ada. Yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, termasuk kepada isteri atau suami. Jangan sampai suami sakit, terbaring di tempat tidur, istri tertawa-tawa di sampingnya, bergurau, bercanda. Begitu pula sebaliknya, jangan sampai karena kesibukan, suami kemudian kurang merasakan apa yang dirasakan oleh istri.

10.Perlu adanya keterbukaan
Keterbukaan antara suami dan istri sangat penting. Di antara problem yang timbul di keluarga, lantaran antara suami dan istri masing-masing menutup diri, tidak terbuka menyampaikan problemnya kepada pasangannya. Yang akhirnya kian menumpuk. Pada gilirannya menjadi lebih besar, sampai akhirnya meledak.
(Sumber: buku Lautan Cinta, Fariq Gasim Anuz, Darul Qolam, Cet. I, Th. 1426H/2005M)

Suami Adalah Pemimpin Tertinggi Keluarga

DALAM keluarga lengkap, pemimpin tertinggi adalah suami (istilah manajemen dinamakan top manager). Kemudian pemimpin kedua adalah istri yang dapat disebut middle manager atau sekaligus lower manager. Dan aplikasinya cukuplah dengan pembagian tugas. Suami sebagai kepala keluarga (yang memimpin istrinya) dan istri sebagai ibu rumah tangga.

Peranan kepemimpinan dalam membina rumah tangga menduduki tempat yang strategis dan menentukan dapat tidaknya keluarga itu mencapai kesejahteraannya. Karenanya, di sini diperlukan perilaku keteladanan dari orangtua. Artinya, sikap dan tindakan seorang kepala keluarga atau ibu rumah tangga akan memberikan pengaruh besar terhadap anggota keluarganya.
Berikut ini ada beberapa petunjuk bagi setiap pemimpin rumah tangga yang terdapat dalam ajaran Islam. Sehingga, mudah-mudahan, para pemimpin yang berwatak kurang baik (diktator atau liberal) dapat memperbaiki setelah memahami, menghayati, dan mencoba mengamalkan petunjuk di bawah ini.

Pertama, dalam membina keluarga sejahtera, sebuah anggota keluarga berkewajiban untuk memelihara diri masing-masing dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari, sehingga terwujudlah kehidupan yang harmonis. Khusus bagi kepala keluarga dan atau ibu rumah tangga, wajib memelihara diri dan memelihara semua anggota keluarganya (QS. At-Tahrim [66] : 6).

Kedua, setiap kepala keluarga dan atau ibu rumah tangga wajib mempertanggung-jawabkan kepemimpinannya, baik di dunia maupun di akherat nanti. Dalam sebuah hadits, Nabi SAW bersabda, “Masing-masing kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanya atas kepemimpinannya. Dan pemimpin manusia (imam), itu juga pemimpin yang akan ditanya atas kepemimpinannya. Dan setiap laki-laki itu pemimpin atas keluarganya; dan akan ditanya atas kepemimpinanya. Setiap pelayan itu pemimpin dalam mengurus harta majikannya, dan akan ditanya atas kepemimpinanya. Maka setiap pemimpin akan ditanya atas kepemimpinannya.”

Ketiga, setiap pemimpin keluarga hendaknya bersikap lemah lembut terhadap semua bawahannya. Bila ada kesalahan di antara mereka, maafkanlah, bahkan mohonkan maaf baginya. Dalam hal-hal yang menyangkut kepentingan keluarga, baik dalam membuat perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan, hendaknya suka bermusyawarah

Keempat, dalam hubungan antara yang memimpin dan dipimpin dalam keluarga, hendaknya dipupuk tali ikatan kasih sayang di samping faktor material lainnya. Hendaknya satu sama lain penuh kesabaran dalam mengejar kebahagiaan.

Kelima, dalam keluarga hendaknya tercipta adanya saling mencintai dan mendo’akan di antara pemimpin dan yang dipimpin. Hindarkanlah saling membenci dan saling mengutuk. Menurut Rasulullah SAW, yang paling baik di antara pemimpin kamu adalah yang kamu cintai dan yang mencintai kamu, yang kamu mintakan berkah untuknya dan untukmu.

Keenam, hendaknya seorang suami bersikap adil terhadap isterinya. Demikian pula sebagai orangtua terhadap anak-anaknya dan anggota keluarga lainnya. Kebencian kepada anggota hendaknya dihindarkan. Apabila ada sikap dan tingkah laku yang tidak baik, hendaknya diperbaiki dengan penuh kesabaran, sehingga sikap dan tingkah laku tersebut hilang dengan pendidikan terhadap diri anggota keluarga, janganlah malah bertindak tidak adil.
Akhirnya, diharapkan peran pemimpim dalam proses manajemen rumah tangga akan membuahkan kebahagiaan dan kesejahteraan di dalam keluarga. Amin.

Peran Ayah Sebagai Suri Tauladan

SUATU hari Fulan yang berusia lima tahun bertanya kepada ibunya, ”Kenapa sih Mama harus punya papa? Mama kan bisa kerja sendiri dan melahirkan anak?” Pertanyaan Fulan ini menyentak ibunya dan membuat sang ibu tercenung lama. Ia sama sekali tidak menyangka Fulan yang masih belia dapat mengajukan pertanyaan yang sedemikian menusuk sanubarinya. Ya, kenapa harus ada papa? Selama ini toh Fulan dan mama bisa hidup berdikari tanpa ayah.

Bila pertanyaan Fulan tercetus dari sebuah keluarga yang harmonis, tentu senyuman lah yang tersungging di bibir sang ibu. Namun justru tetesan air mata lah yang ditahan sang ibu karena memang sang ayah tidak menjalankan fungsi keayahannya karena jarang berada di tengah-tengah keluarga.

Sama seperti kebanyakan keluarga masa kini, ayah Fulan berangkat kerja sejak dini hari dan pulang ketika Fulan telah tertidur. Sang ayah juga sering keluar kota berhari-hari. Bahkan pada hari Sabtu dan Minggu pun sang ayah penuh dengan aktivitas di luar rumah. Semua urusan kecil dan besar soal anak diserahkan pada sang ibu. Tidak heran bahwa Fulan seolah tidak merasakan perlunya kehadiran seorang ayah.

Ketidakpuasan sang ibu terhadap suaminya atas ketidakhadiran sang suami di rumah terkadang tidak mampu dikemukakan secara langsung dan tuntas oleh sang ibu. Masalahnya, suami berpendapat bahwa anak sepenuhnya urusan wanita. Tugas ayah adalah mencari uang dan memenuhi kebutuhan materi keluarga.

Benarkah soal anak adalah urusan ibu? Bila ayah juga mempunyai peran dalam mendidik anaknya, apakah fungsi yang harus dijalankannya? Adakah dampaknya bila anak tidak memperoleh pengasuhan dari pihak ayah?

Bila kita perhatikan, banyak keluarga yang secara de facto dipimpin oleh ibu dan bukannya ayah. Semua keputusan diambil oleh ibu. Ayah seolah tidak mau tahu soal anak harus sekolah di mana, bagaimana dengan pelajaran anaknya, perlu tambahan kursus di luar sekolah atau tidak, sakit ataukah sehat, dan bagaimana perilakunya.

Tragisnya, ketika ibu pun tidak memikul tanggung jawab ini, urusan demikian diserahkan kepada guru privat, pembantu, atau supir. Tidak mudah membayangkan seberapa parah dampak kondisi demikian bagi anak-anak kita. Kita tentu saja tidak mungkin menuntut pembantu, supir, bahkan guru privat yang kita bayar tinggi sekalipun untuk banyak peduli dengan perkembangan moral anak-anak kita.

Kepala keluarga yang baik dapat diumpamakan sebagai seorang manajer yang baik di rumah. Seorang ayah seyogyanya mengambil keputusan-keputusan penting, mengatur jadwal dan membagi tugas, memberi peraturan dan menerapkan peraturan itu, juga mengorganisir serta mengawasi keluarganya. Untuk melaksanakan tugas-tugas ini, tentunya dituntut tekad, semangat, dan pengorbanan ekstra.

Bagi seorang anak, hadirnya ayah mempunyai arti yang sangat penting. Kita dapat mengetahuinya dari dampak yang muncul pada anak bila ayah tidak menjalankan fungsinya.

Pertama, anak merasakan kekosongan dan tidak terarah hidupnya karena tidak ada yang memberi inspirasi dan memberikan dorongan untuk mengeksplorasi dunia luar. Seorang penulis melukiskan perbedaan ayah dengan ibu demikian, ”Kalau ibu melindungi dan mempertahankan, ayah merebut dan membuka jalan untuk berbagai kemungkinan. Setiap hari dia pulang ke rumah dan mewakili kuasa, gengsi, pengetahuan dan aturan. Tidak mengherankan bahwa bagi anak, sang ayah merupakan puncak dari segala kemampuan.” Bila ayah tidak terlibat dalam kehidupan anak, anak akan cenderung kurang mampu menyesuaikan diri dengan dunia luar.

Kedua, berbagai masalah emosi dapat muncul bila ayah tidak hadir dalam kehidupan anak. Suatu studi menemukan kaitan antara ketidakhadiran ayah dengan kesedihan yang besar pada anak ketika mereka mencapai usia yang lebih dewasa. Dalam penelitian yang lain, siswa yang tidak memperoleh disiplin, dukungan emosi, dan kasih sayang ayah memiliki kemampuan menghadapi stres yang rendah, kurang kontrol diri, dan cenderung menarik diri dari kehidupan sosial.
Ketiga, anak akan kehilangan kepercayaan diri dan rasa percaya pada orang lain bila ayah tidak dapat menjadi model di tengah keluarganya.

Kehadiran fisik seorang ayah dialami sebagai kehadiran yang melindungi. Anak laki-laki sering merasakan dan mengalami kehadiran seorang ayah sebagai seorang pahlawan atau ‘hero’ dan pemimpin. Mereka bahkan menerimanya sebagai model dan idola kehidupan mereka. Bagi anak-anak, ayah adalah figur yang menantang, dan bantuannya mampu menyelesaikan segala masalah dan kesulitan yang dihadapi anak-anak. Mereka begitu percaya dan bangga akan ayahnya. Kehadiran ayah dalam kehidupan mereka sungguh mempunyai pengaruh dalam hidup yang luar biasa. Anak-anak akan bertindak dan bertingkah laku berdasar pada contoh dan teladan yang diberikan oleh orang tuanya.
Sayangnya, dewasa ini banyak ayah yang tidak mengetahui lagi apa peranannya dalam kehidupan keluarga selain memberikan nafkah kepada anak dan istri. Figur seorang ayah
tidak lagi dijadikan sebagai model dan teladan bagi anak-anaknya. Ayah menjadi figur yang sulit untuk didekati. Ayah semakin lupa peranannya, terutama dalam keterlibatan mendidik dan membimbing anak-anaknya. Selain itu mereka semakin menjadi ‘over-possive’ dalam segala hal dan cenderung egois atau mementingkan kepentingan diri sendiri.

Dan yang lebih memprihatinkan lagi adalah bahwa mereka tidak lagi perduli dengan pendidikan agama anak-anak mereka. Ayah selalu merasa diri paling sibuk dengan berbagai pekerjaan dan kegiatan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan keluarga. Mereka menjadi sangat jarang berkumpul dengan anak-anak, apalagi memberikan waktu dan perhatian khusus kepada mereka.
Banyak diantara orang tua yang lupa, bahwa kebutuhan yang sangat perlu dan mendesak dalam keluarga di abad ini adalah kehadiran fisik seorang ayah dalam keluarga. Memberi waktu dan perhatian kepada kebutuhan keluarga adalah hal yang sangat essensial. Ini sama perlunya dengan waktu untuk kerja. Tidak ada alasan bagi seorang ayah untuk mengatakan, “Aku
sibuk sekali, tidak mempunyai waktu untuk keluarga. Aku bekerja keras untuk mereka, dan demi mereka saya sampai lupa waktu. Seringkali dengan alasan semacam ini, seorang ayah berusaha membenarkan dirinya dari kurangnya memberi waktu untuk istri dan anak-anak mereka. Waktu untuk bercengkerama bersama keluarga adalah mutlak perlu, bila ayah tidak ingin kehilangan keluarga dan anak-anaknya.

Perlu disadari, sekaligus dihindari, betapa sering dan mudahnya ayah menampakkan dirinya sebagai ‘boss’ yang harus dilayani oleh semua anggota keluarganya. Bahkan betapa sering kita jumpai seorang ayah yang cenderung menjadi kasar dan galak terhadap anak-anak dan keluarganya. Mereka menghabiskan waktu dengan hal-hal yang sama sekali tidak bermanfaat di luar rumah mereka. Kalau mereka merasa bahwa bekerja sudah menyita seluruh waktunya, semestinya waktunya yang begitu singkat bersama keluarga itu digunakan seefisien mungkin.
Akhirnya, untuk mengembalikan peranan ayah dalam keluarga, berarti bahwa ayah harus menampakkan diri sebagai suri tauladan bagi keluarga mereka. Kehadirannya sebagai figur yang diteladani dalam keluarga akan memberikan arti yang mendalam bagi perkembangan hidup anak dan istrinya, sehingga dapat tercipta  keluarga yang harmonis.  //** edy/dbs

TIPS bagi seorang ayah yang sayang keluarga:

•    Manfaatkan saat-saat makan bersama atau acara keluarga lainnya sebagai sarana mendekatkan diri kepada keluarga, buatlah semacam dialog ringan antara ayah bersama keluarga.

•    Adakan makan bersama keluarga sewaktu-waktu. Acara ini dapat dilakukan di rumah maupun di luar rumah sambil memperkenalkan lingkungan sekitar.

•    Jangan lupa tanyakan kabar keluarga dari tempat kerja setiap saat, sesibuk apapun seorang ayah di luar rumah atau di tempat kerja.

•    Manfaatkan waktu dengan keluarga secara santai. Ketika berkumpul bersama keluarga, sebaiknya seorang ayah melupakan sejenak segala macam masalah di kantor atau di tempat bekerja. Konsentrasikan pikiran untuk keluarga, ajaklah mereka bersenda gurau. Ingat, keceriaan adalah kunci dari suatu keluarga yang harmonis.

Jangan Samakan Anak SMA dengan SMK

SMA dan SMK sebenarnya tidak bisa diperbandingkan begitu saja. Keduanya memiliki keunggulan dan kelebihan masing-masing. SMK memiliki keunggulan, lulusannya bisa langsung bekerja tanpa harus melanjutkan ke perguruan tinggi. Sementara, lulusan SMA mempunyai keleluasaan memilih jurusan di perguruan tinggi.

DENOK sudah memantapkan pilihan seusai merampungkan pendidikannya di jenjang Sekolah Menegah Pertama (SMP). Tidak seperti teman-temannya yang kebanyakan melanjutkan masuk ke Sekolah Menengah Atas (SMA), remaja kelahiran Tangerang ini sudah berbulat tekad memilih Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). ”Saya mau bekerja dulu. Nanti kalau sudah punya pengasilan baru berpikir kuliah,” tutur Denok.

Keinginan cepat bekerja itu ia anggap sebagai pilihan yang realistis. Selain mengikuti saran orangtuanya, dia pun berkeinginan cepat hidup mandiri, lepas dari beban biaya orangtua. Meskipun tetap ingin menimba ilmu di perguruan tinggi, tapi keinginan itu sementara ia tangguhkan.

Denok boleh jadi tidak sendiri berpandangan seperti itu. Banyak lulusan SMP melakukan hal yang sama. Para remaja itu memilih SMK dengan harapan bisa cepat mendapatkan pekerjaan sehingga bisa meringankan beban orangtua. Sebagian di antaranya berpandangan, dengan bersekolah di SMK ia bisa membuka usaha, meski dalam tataran sederhana.

Pilihan seperti ini tentu tidak mudah dilakukan oleh lulusan SMA. Mereka yang baru saja menamatkan SMA jika diberi pertanyaan “apakah kamu mau kuliah?” maka hampir dapat dipastikan sebagian besar akan menjawab: Pingin kuliah!

Ini berbeda dengan tamatan SMK yang memang sudah dipersiapkan dan dilatih untuk masuk ke dunia kerja. Secara kasat mata lulusan SMA akan kalah bersaing dengan lulusan SMK jika ingin langsung terjun di dunia kerja. Sebagai solusi untuk mengasah dan melatih skill jika lulusan SMA ingin masuk ke dunia kerja, maka mereka perlu mempersiapkan diri dengan belajar di lembaga-lembaga keahlian, paling tidak selama satu tahun.

Annisa, kakak Denok, adalah lulusan SMK Nusantara Ciputat, Tangerang Selatan, Jurusan Farmasi tahun 2008. Ia kini sudah mendapatkan pekerjaan di salah satu klinik swasta di Bintaro Jaya sebagai asisten Apoteker. Dia pun mengaku tidak sendirian. Umumnya teman seangkatan remaja ini juga sudah berpenghasilan sendiri. ”Rata-rata (teman) sudah bekerja,” ucapnya.

SMA dan SMK sebenarnya tidak bisa diperbandingkan begitu saja. Sebab, keduanya memiliki keunggulan dan kelebihan masing-masing. SMK selama ini dikenal memiliki keunggulan, yaitu siswanya bisa langsung bekerja tanpa harus melanjutkan ke perguruan tinggi. Hal itu karena siswa SMK memang dipersiapkan untuk siap kerja setelah lulus sekolah.

“’Selain dibekali pengetahuan sesuai dengan jurusan, siswa SMK melakukan lebih banyak praktik ketimbang siswa SMA. Otomatis pengetahuan siswa SMK mengenai pekerjaan lapangan lebih luas ketimbang siswa SMA,” ujar Direktur Pembinaan SMK Departemen Pendidikan Nasional, Dr. Joko Sutrisno.

Program pembelajaran di SMK, kata Joko, memang lebih menekankan pada pembekalan praktik jauh lebih banyak dibandingkan pembelajaran teori. Dengan program seperti ini, maka anak didik lebih terarah pada persiapan teknis menuju penguasaan teknologi terpakai di dalam kehidupan. ”Penguasaan teknologi inilah yang memungkinkan bagi anak didik untuk dapat mengembangkan diri secara maksimal,” ujarnya.

SMK melaksanakan proses pembelajaran dengan tiga aspek pembelajaran, yaitu aspek normatif, aspek adaptif, dan produktif yang secara jelas merupakan satu bentuk pertanggungjawaban sekolah terhadap upaya peningkatan kualitas anak didik. ”Anak didik telah mengikuti proses pembelajaran secara utuh dan tentu saja keterampilan merupakan modal paling utama bagi kehidupan masa depan mereka,” jelas Joko.

Meski disiapkan untuk memasuki dunia kerja, kata Joko, bukan berarti bahwa lulusan SMK tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Pasalnya, dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB), siswa SMK dan SMA memiliki kesempatan sama. ”Hanya saja, dalam SPMB, siswa SMK harus memilih jurusan yang sesuai dengan jurusannya di SMK. Sedangkan, lulusan SMA dapat memilih jurusan di perguruan tinggi sesuai dengan minat dan kemampuan mereka,” jelasnya.

Lebih jauh Joko menyatakan, dengan menekankan pada kompetensi, komunikasi, dan komputer, mutu SMK dapat ditingkatkan dan menjadi sekolah warga dunia. ”Kita harus meningkatkan mutu sumber daya manusia kita secara sistematis dan terukur, bila kita tidak mau tertinggal dengan negara-negara lain,” tegasnya.

Tak hanya itu, kata Joko, pihaknya juga telah meluncurkan situs resmi Data Pokok SMK dengan alamat http://datapokok.ditpsmk.net. Situs ini dibangun dengan tujuan mempermudah stakeholder dan masyarakat yang berkepentingan untuk mengakses data SMK dari mana pun. ”Selain memberikan kemudahan dalam pencarian profil SMK yang diinginkan, tersedia fasilitas evaluasi data guna mengetahui status perolehan data per propinsi, per kabupaten/kota setiap tahun ajaran,” jelasnya.

Kepala Subdinas Pendidikan Menengah Tinggi (Kasubdis Dikmenti) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat (Disdik Jabar), Syarif Hidayat, menambahkan, tidak benar jika dibanding dengan SMA, maka SMK seolah menjadi nomor dua setelah SMA. Menurut dia, SMK ataupun SMA sama bahkan SMK pun tidak kalah kualitasnya dengan SMA. ”Kesan itu muncul dari kalangan masyarakat saja dan kita perlu menghilangkan kesan tersebut,” ujarnya.

Untuk itu, Syarif mengungkapkan, pihaknya akan terus melakukan berbagai terobosan untuk memancing minat siswa agar bersekolah di SMK dan menjadikan SMK sebagai pilihan yang juga patut diperhitungkan. ”Sekarang kita pacu agar SMK menjadi nomor satu dan tidak kalah dari sekolah lain seperti SMA. Bahkan pemerintah saat ini terus mengembangkan supaya SMK dapat lebih banyak lagi,” jelasnya.

Upaya lain yang dilakukan untuk meningkatkan minat siswa, kata Syarif, adalah dengan dibebaskannya SMK membuka program kejuruan yang diperkirakan mampu meningkatkan minat siswa dan akan menyerap siswa lulusan SMP. ”Sekarang SMK boleh buka program kejuruan baru yang kiranya mampu menarik minat siswa,” katanya.

Tetapi, menurut Syarif, kebebasan ini juga tidak dilakukan sembarangan. Sekolah terlebih dahulu melihat fasilitas yang ada dan tersedia. Peningkatan minat itu terutama untuk jurusan favorit, seperti teknik komputer, teknik otomotif, teknik elektronika, teknik listrik, dan teknik informatika.

Hampir senada dengan Jawa Barat, Pemprov DKI Jakarta juga memfokuskan pendidikan dan pelatihan di SMK. Kebijakan ini untuk menekan angka pengangguran. Kepala Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi DKI Jakarta, Margani M Mustar, mengatakan, sejumlah kebijakan akan dilakukan pada 2008 untuk mendorong peningkatan kualitas pendidikan dan lulusan SMK.
Kebijakan itu antara lain menambah jumlah SMK serta meningkatkan sarana belajar di sekolah kejuruan tersebut. ”Kebijakan ini dimaksudkan untuk memudahkan lulusan SMK mendapatkan pekerjaan sehingga otomatis mampu mengurangi jumlah pengangguran di Ibu Kota,” ujarnya.

Guna menyerap calon siswa untuk masuk di SMK, khususnya dari kalangan keluarga miskin (gakin), Margani menuturkan pihaknya memberikan beasiswa. Siswa penerima beasiswa didorong setiap tahun mengalami pertambahan. ”Pada 2007 penerima beasiswa dari komponen siswa SMK berjumlah 23 ribu siswa. Tahun ini akan kita tingkatkan jumlahnya,” ujar Margani.
Selain di wilayah Jakarta yang komposisi gedung SMK dengan gedung SMA mencapai 60:40 persen, Dikmenti mendorong pembangunan gedung SMK akan terus ditambah. Persentase tersebut lebih tinggi dibanding yang sudah dilakukan Departemen Pendidikan Nasional.

Peningkatan calon siswa yang masuk ke SMK dari tahun ke tahun belakangan ini dibenarkan oleh Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), Suyanto. Kecenderungan tersebut, menurut dia, seiring dengan kebijakan pemerintah yang memfokuskan penambahan SMK pada jenjang pendidikan menengah atas.
Pak Suyanto memang tidak menjelaskan alasan para calon siswa itu memilih masuk SMK. Tapi, Denok dan banyak calon siswa lainnya sudah menyatakan harapannya, dengan menimba ilmu di sekolah menengah kejuruan, mereka akan mudah mendapatkan pekerjaan. Annisa yang lulus dari jurusan Farmasi di SMK Nusantara Ciputat Tangerang, sudah membuktikannya. Kalian berminat?

Cara MengetAahui Kemampuan Akademis Anak

Dalam perkembangannya, setiap anak memiliki kemampuan di bidang tertentu yang terlihat menonjol. Demikian pula halnya dalam bidang akademis. Dalam hal ini orangtua pun berperan untuk membantu anak mengembangkan kemampuannya demi hasil yang optimal dengan memberi bimbingan pada anak-anak dalam memilih program studi nantinya ketika memasuki jenjang SMA atau kuliah. Akan tetapi, hal ini tidaklah semudah yang dibayangkan. Berikut ini ada beberapa tips untuk mengetahui kemampuan akademis anak:

1.Melihat hasil akademis anak di setiap akhir semester atau rapor bisa menjadi salah satu cara mudah untuk menilik hal tersebut. Nilai-nilai tinggi pada suatu bidang bisa jadi menunjukkan kemampuan atau besarnya minat anak pada mata pelajaran yang bersangkutan.

2.Mengikutsertakan anak pada test psikologi untuk menilik bakat anak dengan cara yang lebih komprehensif. Hasil dari tes tersebut akan menjadi acuan bagi para konseling untuk memberi arahan yang tepat pada anak. Tidak sedikit yang telah memanfaatkan hal ini untuk membantunya menentukan jurusan studi yang tepat. Memilih jurusan studi yang tepat memang tidak bisa dianggap sepele, mengingat jika salah pilih jurusan akan mempengaruhi performa akademis.

Namun, tidak tertutup kemungkinan jika dari hasil tersebut terlihat bahwa anak memiliki kemampuan dalam beberapa bidang. Dalam hal ini konseling biasanya akan menerangkan secara lebih jelas tentang bakat dan kemampuan anak. Misalnya, anak memiliki kemampuan di bidang teknik dan sosial. Bisa saja anak akan diarahkan untuk mengambil jurusan di bidang teknik untuk program sarjananya. Dan untuk perkembangan yang lebih sempurna, ketika hendak melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi (pascasarjana) bisa memilih bidang sosial seperti komunikasi atau psikologi.

3.Hasil tes psikologi sebaiknya juga berjalan beriringan dengan minat si anak.
Bakat yang besar tanpa disertai minat biasanya tidak memberi hasil yang optimal.
Sementara jika si anak memiliki minat, biasanya akan mendorong dirinya untuk mau belajar lebih keras hingga akhirnya memiliki performa akademis yang baik.

Itu sebabnya, anak sebaiknya diajak berkomunikasi untuk mengetahui minat dan keinginannya di masa mendatang. Memberi kebebasan dengan arahan tepat akan lebih baik daripada hanya memaksakan kehendak atau cita-cita orangtua yang dulu tidak kesampaian.

Kompetisi Bidang IT

PEMERINTAN secara bertahap terus mereposisi program pendidikan kejuruan hingga 2020, dimana jumlah program yang “jenuh” di kejuruan akan berangsur dikurangi. Misalnya Program Keahlian Sekretaris, dari 2192 SMK pada tahun 2000 diproyeksikan menjadi 923 SMK pada tahun 2020. Sebaliknya, jumlah program keahlian yang dinilai prospektif dan berdaya serap pasar tinggi, seperti Pertanian, Pariwisata dan Kelautan, serta Teknologi Informasi akan ditingkatkan.

Dari sekian program keahlian di atas, keahlian yang memiliki prospek cerah salah satunya dan yang paling utama adalah di bidang Teknologi Informasi (dan Komunikasi). Selain membutuhkan pure kompetensi, artinya tidak sembarangan orang bisa berkarier dan berkarya di bidang tersebut –beda dengan Marketing misalnya– memerlukan keahlian dan ketrampilan khusus, bidang TI memiliki perkembangan paling pesat saat ini. Betapa tidak, teknologi nirkabel (wireless), teknologi telekomunikasi (3G, 3.5G, Wimax, dst) makin lama makin canggih. Lalu di bidang hardware, siapa yang bisa menjamin dalam dua atau tiga bulan ke depan Intel tidak mengeluarkan prosessor terbaru? Atau peluang besar di balik gencarnya penegakan HaKI dimana sofware-software bajakan mulai berkurang sehingga perusahaan banyak beralih sistem operasi komputer (migrasi) dan memerlukan SDM terampil untuk melaksanakannya. Perusahaan, dengan demikian juga membutuhkan solusi TI, misalnya dengan software buatan anak negeri yang murah namun berkualitas.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Penelitian dan Pengembangan SDM Departemen Komunikasi dan Informatika (Sumber: http://www.kabarindonesia.com), bahwa kebutuhan SDM di bidang TI di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 32,6 juta sementara ketersediaannya baru sekitar 19,8 juta dengan jumlah penduduk sekitar 274 juta jiwa.  Tahun sebelumnya (2007) dari kebutuhan 30,3 juta baru terpenuhi 16,4 juta, sementara jumlah penduduk Indonesia tahun itu adalah 260 juta jiwa.

Lebih dari itu, selain mengalami kekurangan, ternyata sebagian SDM yang sudah mengisi pos-pos yang tersedia adalah berasal dari background pendidikan non-TI ! Gaji yang menggiurkan di depan mata, sebab bidang TI menjanjikan range salary yang di atas rata-rata jenis pekerjaan lain. Selain itu, di bidang TI juga bisa bekerja sekaligus berkarya. Bisa mendirikan perusahaan sendiri, bisa berbisnis dan bekerja di rumah, dan bisa memanfaatkan skill dan kompetensi untuk menghasilkan karya nyata.

Lalu, peluang seperti apa yang bisa dimanfaatkan? Padahal, perkuliahan untuk mendapatkan ilmu di bidang teknologi informasi pasti tersangkut masalah klasik: biaya. Sudah pasti ilmu eksakta dan komputer membutuhkan praktik yang banyak sehingga menaikkan biaya penyelenggaraan pendidikan. Bagi kelas masyarakat menengah ke bawah, sulit untuk mendapatkan lembaga pendidikan dan perguruan tinggi yang “merakyat”. Kalaupun ada, kualitasnya dipertanyakan. Padahal pendidikan penting sekali untuk mencapai karier dan masa depan yang cerah.

Jadi, berbahagialah jika Anda termasuk yang sejak SMK mendapatkan ketrampilan. Jika tidak, perlu sekali untuk mendapatkan ketrampilan tersebut. Atau, jika sudah masuk jurusan Teknik, Komputer, dan Akuntansi di SMK, namun masih belum “pede”, Anda perlu menambah “ke-pede-an” dan sekaligus menautkan embel-embel kompetensi di diri agar nantinya bisa leluasa memilih. Bisa bekerja, berwirausaha maupun ke jenjang perguruan tinggi selanjutnya dengan usaha, kemauan, dan bahkan biaya sendiri!

Jika demikian masalahnya, perlu dipikirkan strategi mendapatkan ilmu di bidang IT. Carilah informasi lembaga pendidikan dengan range biaya tidak mahal-tapi juga tidak murah dan mengorbankan kualitas. Misalnya cari antara Rp 5 – Rp 10 juta per tahun (bukan per semester!). Kedua, selain biaya terjangkau, dapat diselesaikan dengan cepat, tidak menyita waktu. Apa perlu hingga lima tahun atau hanya perlu satu tahun dan dua tahun dahulu, setelah bekerja baru melanjutkan? Atau jika punya masalah keuangan, apa ada jaminan setelah lulus, sehingga uang “tidak sia-sia” diinvestasikan? Perlu banyak dipikirkan mengenai masalah ini.
Lalu, ketika masa pendidikan nanti, apa yang diperoleh. Kalau bisa, jika sudah bekerja dan berkegiatan lain, misal wirausaha, dapat mengambil kelas di sesi waktu khusus (kelas karyawan). Jika tidak begini, bagaimana kita dapat mengambil manfaat ilmu teknologi informasi yang berharga?

Cari lembaga dengan kadar kualitas, kualifikasi dan kompetensi penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan terpercaya. Yang memberikan kurikulum dan fasilitas terbaik. Lalu yang memiliki jalinan kerjasama dengan perguruan tinggi terakreditasi untuk meneruskan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

Kompetensi itu penting, namun gelar yang dicapai juga menentukan posisi di perusahaan tempat bekerja. Selain itu, standard kompetensi perlu juga diukur oleh sertifikasi, baik nasional maupun internasional. Selanjutnya, targetnya adalah sertifikasi alias “pengakuan” atas skill dan kompetensi kita. Jadi, tidak ada kata STOP untuk belajar. Kata pepatah, Tuntutlah ilmu sampai ke liang lahat, atau sampai ke negeri Cina. Setuju ya?